Musik sebagai salah satu cabang seni, merupakan bagian dalam kehidupan manusia, khususnya dalam memenuhi kebutuhan ekspresif manusia, tidak terkecuali anak-anak. Namun, jika kita mengamati fenomena saat ini tentang dunia musik anak-anak sangatlah mengkhwatirkan. Saat ini kebanyakan anak mengkonsumsi musik yang tidak sesuai dengan perkembangannya, baik perkembangan fisik maupun psikisnya.
Secara fisik, fisiologi organ tubuh seorang anak tidak akan sama dengan orang dewasa. Misalnya, seorang anak tidak akan mampu menyanyikan lagu yang diciptakan untuk orang dewasa karena perbedaan range suara. Range suara anak-anak lebih pendek dibanding orang dewasa terkecuali untuk anak yang memang mampu mengolah teknik sehingga bisa menyamai orang dewasa.
Disamping itu, secara psikis lagu yang diciptakan untuk anak-anak akan sangat berbeda. Hal ini berkaitan dengan tema atau lirik sebuah lagu. Tema lagu yang cocok untuk anak-anak adalah yang sesuai dengan kehidupannya, misalnya, tentang dunia bermain, rajin belajar, pertemanan, cinta terhadap tuhan atau orangtua. Berbeda dengan tema lagu untuk orang dewasa yang begitu kompleks dengan segala permasalahan kehidupan, percintaan, perselingkuhan, putus cinta, cinta bertepuk sebelah tangan dan masih banyak lagi. Secara psikologis lagu-lagu dengan tema tersebut tidak cocok untuk untuk anak-anak, tidak seharusnya dunia anak yang menyenangkan harus dibebani dengan kompleksitas permasalahan seperti itu. Meskipun hanya dalam bentuk musik atau lagu, disadarai atau tidak hal ini akan berpengaruh bagi perkembangan anak.
Dari fenomena ini akan ada banyak pertanyaan yang muncul dari benak kita. Siapakah yang salah? Siapa yang bertanggung jawab? Apakah salah si anak yang sering menonton acara musik di TV yang hampir semuanya menyajikan musik orang dewasa? Apa salah orangtua, yang tidak membimbing anak dalam memilih acara musik di TV? Apa salah stasiun televisi yang menayangkan acara musik yang hampir seluruhnya musik orang dewasa? Atau mungkin salah musisinya yang menciptakan lagu hanya untuk orang dewasa? Entah siapa yang salah, namun kenyatannya seperti itu.
Musik di Indonesia saat ini dikuasai oleh musik industri, sehingga seorang musisi atau seniman akan menciptakan komposisi musik yang sesuai pasar. Anak-anak termasuk dalam pasar itu, seharusnya di imbangi oleh musisi atau seniman yang menciptakan lagu untuk anak-anak. Jika dulu kita mengenal nama-nama pencipta lagu untuk anak-anak seperti Ibu Kasur atau Pak Kasur, sekarang siapa penerusnya? Wajar jika anak-anak mengkonsumsi lagu orang dewasa, alasannya mungkin karena lagu anak-anak tidak seramai pasar musik orang dewasa. Kita ingat, sekitar tahun 90an banyak acara musik untuk anak-anak, misalnya tralala trilili yang dibawakan oleh Agnes Monica, ci luk ba yang dibawakan oleh Meysi atau Dunia Anak yang dibawakan oleh Kak Ria dan Suzan, anak-anak saat ini kemungkinan besar tidak akan mengetahuinya, karea artis cilik tersebut sekarang telah berubah menjadi anak remaja dan dewasa. Salah satu acara musik anak-anak yang dikenal masyarakat sekarang adalah Idola Cilik. Secara fisik mereka memang cilik, namun jika dilihat dari lagu-lagu yang dibawakan, kebanyakan mereka menyanyikan lagu orang dewasa.
Salah satu cara mengatasi fenomena ini adalah dengan mengimbangi pasar. Lagu anak-anak harus ikut bersaing di tengah-tengah ramainya pasar musik Indonesia. Harus ada yang melanjutkan jejak Ibu kasur atau Pak Kasur dalam menciptakan lagu untuk anak-anak. Jika musisi saat ini banyak menciptakan lagu untuk orang dewasa, semoga kedepannya calon-calon musisi yang akan datang bisa memperhatikan nasib dan masa depan dunia musik anak-anak di Indonesia.
Jadi siapakah yang seharusnya pertama kali tergugah dan bertindak melihat fenomena ini?
yayu iswari
Minggu, 18 April 2010
Rabu, 31 Maret 2010
Kurikulum dan Pembelajaran
1. Konsep dasar kurikulum memiliki 3 dimensi pengertian :
a. Kurkulum sebagai mata pelajaran dikemukakan oleh Robert M. Hutchins (1936)
“ The curriculum should include grammar, reading, thetoric and logic, and mathematic, and addition at the secondary level introduce the great books of the western world “.
b. Kurikulum sebagai pengalaman belajar dikemukakan oleh Hollis L.Caswell dan Campbell “ all of the experience children have under the guidance of teacher “. Sealain itu juga dikemukakan oleh Romine “ curriculum is interp[reted to mean all of the organized courses, activities and experiences wich pupils have under direction of the school, wether in the classroom or not.
c. Kurikulum sebagai perencanaan program pembelajaran dikemukakan oleh Hilda Taba “ A curriculum is a plan for learning : therefore, what is known about the learning process and the development of the individual has bearing on the shaping of a curriculum “, selain itu juga dikemukakan oleh Daniel Tanner (1975) yang menyatakan bahwa kurikulum adalah perencanaan yang berisi tentang petunjuk belajar serta hasil yang diharapkan”.
Jadi kurikulum dapat diartikan sebagai dokumen perencanaan yang berisi tentang tujuan yang harus dicapai, isi materi dan pengalaman belajar yang harus dilakukan siswa, strategi dan cara yang dapat dikembangkan, evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang pencapaian tujuan serta implementasi dari dokumen yang dirancang dalam bentuk nyata.
2. Landasan pengembangan kurikulum adalah proses penyusunan rencana tentang isi dan bahan pelajaran yang harus dipelajari serta bagaimana cara mempelajarinya. Ada 3 landasan pengembangan kurikulum yaitu landasan filosofis, psikologis dan landasan sosiologis-teknologis.
3. Komponen dan prinsip pengembangan kurikulum
Prinsip relevansi
Bahwa pengetahuan maupun keterampilan siswa harus sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat, inilah yang disebut dengan prinsip relevan.
Relevan ada 3 macam, relevan dengan lingkungan hidup peserta didik, relevan dengan perkembangan zaman, relevan dengan tuntutan dunia kerja.
Prinsip fleksibilitas
Prinsip fleksibilitas memiliki dua sisi : Pertama, fleksibel bagi guru yang artinya kurikulum harus memberikan ruang gerak bagi guru untuk mengembangkan program pengajarannya sesuai dengan kondisi yang ada, kedua fliksibel bagi siswa artinya kurikulum harus menyediakan berbagai kemungkinan program pilihan sesuai dengan bakat dan minat siswa.
Prinsip kontinuitas
Prinsip ini mengandung pengertian bahwa perlu dijaga saling keterkaitan dan kesinambungan antara materi pelajaran pada berbagai jenjang dan jenis program pendidikan.
Efektifitas
Berkenaan dengan rencana dalam suatu kurikulum dapat dilaksanakan dan dapat dicapai dalam kegiatan belajar mengajar.
Efisiensis
Berhubungan dengan perbandingan antara tenaga, waktu, suara, dan biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang diperoleh.
4. Model-model kurikulum
Model Tyler
Lebih bersifat bagaimana merancang suatu kurikulum, sesuai dengan tujuan dan misi suatu institusi pendidikan. Menurut Tyler ada 4 hal yang dianggap fundamental untuk mengembangkan kurikulum. Pertama, berhubungan dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai, kedua berhubungan dengan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan, kletiga pengorganisasian pengalaman belajar, dan keempat berhubungan dengan evaluasi
Model Taba
Model Taba lebih menitikberatkan kepada bagaimana mengembangkan kurikulum sebagai suatu proses perbaikan dan penyempurnaan
Model Olivia
Menurut Olivia suatu model kurikulum harus harus bersifat simple, komprehensif dan sisiteematik. Ada 12 komponen yang harus dikembangkan.
Komponen pertama adalah perumusan filosofis, sasaran, misi, serta visi lembaga pendidikan yang kesemuanya bersunber dari analisis kebutuhan siswa dan analisis kebutuhan masyarakat
Komponen kedua adalah analisis kebutuhan masyarakat dimana sekolah itu berada
Komponen ketiga dan keempat berisi tentang tujuan umum dan tujuan khusus kurikulum yang didasarakan kepada kebutuhan yang tercantum dalam komponen 1 dan 2
Komponen V adalah bagaimana mengorganisasikan rancangan dan mengimplementasikan kurkulum
Komponen VI dan VII menjabarkan kurikulm dalam bentuk perumusan tujuan umum dan tujuan khusus pembelajaran
Komponen VIII menetapkan strategi pembelajaran yang dimungkinkan dapat mencapai tujuan
Komponen IX penegmbangan kurikulum
Komponen X mengimplementasikan strategi
Komponen XI dan XII dilakukan evaluasi terhadap pemmbelajaran dan evaluasi kurikulum.
Model Beauchamp
Menurutnya ada 5 langkah dalam proses pengembangan kurikulun
1. Menetapkan wilayah atau arena yang akan melakukan perubahan kurikulum
2. Mnetapkan orang-orang yang akan terlibat dalam proses pengembangan kurikulum
3. Menetapkan prosedur yang akan ditempuh
4. Implementasi kurikulum
5. Melaksanakan evaluasi kurikulum
Model Wheeler
Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang membentuk lingkaran lingkaran. Menurutnya pengembangan kurikulum terdiri dari 5 tahap :
1. Menentukan tujuan umum dan tujuan khusus
2. Menentukan pengalaman belajar yang mungkin dapat dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan
3. Menentukan isi atau materi pembelajaran sesuai dengan pengalaman belajar
4. Mengorganisasi atau menyatukan pengalaman belajar dengan sisi atau materi belajar
5. Melakukan evaluasi setiap fase pengembangan dan pencapaian tujuan.
Model Nicholls
Menurut Nicholls pendekatan pengembangan kurikulum terdiri atas elemen-elemen kurikulum yang membentuk siklus, menurutnya ada lima langkah dalam pengembangan kurikulum :
1. Analisis situasi
2. Menentukan tujuan khusus
3. Menentukan dan mengorganisasikan isi pelajaran
4. Menentukan dan engorganisasi metode
5. Evaluasi
Model Dynamic Skilbeck
Model pengembangan kurikulum yang ia namakan model Dynamic adalah model pengembangan kurikulum pada level sekolah. Langkah-langkah pengembangan kurikulum :
1. Menganalisis situasi
2. Memformulasikan tujuan
3. Menyusun program
4. Interpretasi dan implementasi
5. Monitoring, feedback, penilaian dan rekonstruksi.
5. Secara umum terdapat 2 organisasi kurikulum :
a. Kurikulum berdasarkan mata pelajaran, meliputi :
Mata pelajaran yang terpisah-pisah
Mata pelajaran yang terhubung
Fusi mata pelajaran
b. Kurikulum terpadu, meliputi :
Kurikulum inti
Social functions dan persistent situations
Experience atau activity kurikulum
a. Kurkulum sebagai mata pelajaran dikemukakan oleh Robert M. Hutchins (1936)
“ The curriculum should include grammar, reading, thetoric and logic, and mathematic, and addition at the secondary level introduce the great books of the western world “.
b. Kurikulum sebagai pengalaman belajar dikemukakan oleh Hollis L.Caswell dan Campbell “ all of the experience children have under the guidance of teacher “. Sealain itu juga dikemukakan oleh Romine “ curriculum is interp[reted to mean all of the organized courses, activities and experiences wich pupils have under direction of the school, wether in the classroom or not.
c. Kurikulum sebagai perencanaan program pembelajaran dikemukakan oleh Hilda Taba “ A curriculum is a plan for learning : therefore, what is known about the learning process and the development of the individual has bearing on the shaping of a curriculum “, selain itu juga dikemukakan oleh Daniel Tanner (1975) yang menyatakan bahwa kurikulum adalah perencanaan yang berisi tentang petunjuk belajar serta hasil yang diharapkan”.
Jadi kurikulum dapat diartikan sebagai dokumen perencanaan yang berisi tentang tujuan yang harus dicapai, isi materi dan pengalaman belajar yang harus dilakukan siswa, strategi dan cara yang dapat dikembangkan, evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang pencapaian tujuan serta implementasi dari dokumen yang dirancang dalam bentuk nyata.
2. Landasan pengembangan kurikulum adalah proses penyusunan rencana tentang isi dan bahan pelajaran yang harus dipelajari serta bagaimana cara mempelajarinya. Ada 3 landasan pengembangan kurikulum yaitu landasan filosofis, psikologis dan landasan sosiologis-teknologis.
3. Komponen dan prinsip pengembangan kurikulum
Prinsip relevansi
Bahwa pengetahuan maupun keterampilan siswa harus sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat, inilah yang disebut dengan prinsip relevan.
Relevan ada 3 macam, relevan dengan lingkungan hidup peserta didik, relevan dengan perkembangan zaman, relevan dengan tuntutan dunia kerja.
Prinsip fleksibilitas
Prinsip fleksibilitas memiliki dua sisi : Pertama, fleksibel bagi guru yang artinya kurikulum harus memberikan ruang gerak bagi guru untuk mengembangkan program pengajarannya sesuai dengan kondisi yang ada, kedua fliksibel bagi siswa artinya kurikulum harus menyediakan berbagai kemungkinan program pilihan sesuai dengan bakat dan minat siswa.
Prinsip kontinuitas
Prinsip ini mengandung pengertian bahwa perlu dijaga saling keterkaitan dan kesinambungan antara materi pelajaran pada berbagai jenjang dan jenis program pendidikan.
Efektifitas
Berkenaan dengan rencana dalam suatu kurikulum dapat dilaksanakan dan dapat dicapai dalam kegiatan belajar mengajar.
Efisiensis
Berhubungan dengan perbandingan antara tenaga, waktu, suara, dan biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang diperoleh.
4. Model-model kurikulum
Model Tyler
Lebih bersifat bagaimana merancang suatu kurikulum, sesuai dengan tujuan dan misi suatu institusi pendidikan. Menurut Tyler ada 4 hal yang dianggap fundamental untuk mengembangkan kurikulum. Pertama, berhubungan dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai, kedua berhubungan dengan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan, kletiga pengorganisasian pengalaman belajar, dan keempat berhubungan dengan evaluasi
Model Taba
Model Taba lebih menitikberatkan kepada bagaimana mengembangkan kurikulum sebagai suatu proses perbaikan dan penyempurnaan
Model Olivia
Menurut Olivia suatu model kurikulum harus harus bersifat simple, komprehensif dan sisiteematik. Ada 12 komponen yang harus dikembangkan.
Komponen pertama adalah perumusan filosofis, sasaran, misi, serta visi lembaga pendidikan yang kesemuanya bersunber dari analisis kebutuhan siswa dan analisis kebutuhan masyarakat
Komponen kedua adalah analisis kebutuhan masyarakat dimana sekolah itu berada
Komponen ketiga dan keempat berisi tentang tujuan umum dan tujuan khusus kurikulum yang didasarakan kepada kebutuhan yang tercantum dalam komponen 1 dan 2
Komponen V adalah bagaimana mengorganisasikan rancangan dan mengimplementasikan kurkulum
Komponen VI dan VII menjabarkan kurikulm dalam bentuk perumusan tujuan umum dan tujuan khusus pembelajaran
Komponen VIII menetapkan strategi pembelajaran yang dimungkinkan dapat mencapai tujuan
Komponen IX penegmbangan kurikulum
Komponen X mengimplementasikan strategi
Komponen XI dan XII dilakukan evaluasi terhadap pemmbelajaran dan evaluasi kurikulum.
Model Beauchamp
Menurutnya ada 5 langkah dalam proses pengembangan kurikulun
1. Menetapkan wilayah atau arena yang akan melakukan perubahan kurikulum
2. Mnetapkan orang-orang yang akan terlibat dalam proses pengembangan kurikulum
3. Menetapkan prosedur yang akan ditempuh
4. Implementasi kurikulum
5. Melaksanakan evaluasi kurikulum
Model Wheeler
Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang membentuk lingkaran lingkaran. Menurutnya pengembangan kurikulum terdiri dari 5 tahap :
1. Menentukan tujuan umum dan tujuan khusus
2. Menentukan pengalaman belajar yang mungkin dapat dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan
3. Menentukan isi atau materi pembelajaran sesuai dengan pengalaman belajar
4. Mengorganisasi atau menyatukan pengalaman belajar dengan sisi atau materi belajar
5. Melakukan evaluasi setiap fase pengembangan dan pencapaian tujuan.
Model Nicholls
Menurut Nicholls pendekatan pengembangan kurikulum terdiri atas elemen-elemen kurikulum yang membentuk siklus, menurutnya ada lima langkah dalam pengembangan kurikulum :
1. Analisis situasi
2. Menentukan tujuan khusus
3. Menentukan dan mengorganisasikan isi pelajaran
4. Menentukan dan engorganisasi metode
5. Evaluasi
Model Dynamic Skilbeck
Model pengembangan kurikulum yang ia namakan model Dynamic adalah model pengembangan kurikulum pada level sekolah. Langkah-langkah pengembangan kurikulum :
1. Menganalisis situasi
2. Memformulasikan tujuan
3. Menyusun program
4. Interpretasi dan implementasi
5. Monitoring, feedback, penilaian dan rekonstruksi.
5. Secara umum terdapat 2 organisasi kurikulum :
a. Kurikulum berdasarkan mata pelajaran, meliputi :
Mata pelajaran yang terpisah-pisah
Mata pelajaran yang terhubung
Fusi mata pelajaran
b. Kurikulum terpadu, meliputi :
Kurikulum inti
Social functions dan persistent situations
Experience atau activity kurikulum
Senin, 29 Maret 2010
Manajemen Kelas
Secara garis besar, manjemen kelas bisa diartikan sebagai suatu upaya yang dilakukan oleh seorang guru untuk mengatur keadaan kelas yang meliputi sosial, emosional, psikis siswa berserta sumber daya yang ada demi tercapainya tujuan pembelajaran. Diantara banyaknya aspek-aspek pendukung yang mempengaruhi tercapainya tujuan pendidikan, metode pembelajaran memiliki peran yang cukup penting, karena hubungannya dengan bagaimana menyampaikan materi pembelajaran kepada setiap anak/murid yang berbeda-beda, baik dari segi kognitif, karakter, emosional maupun keadaan psikologisnya.
Nah pertanyaannya, bagaimana menghadapi keadaan anak dengan perbedaan yang beraneka ragam itu, agar tujuan pembelajaran tetap tercapai. Tentunya bukan dengan cara memaksakan anak untuk merubah perilaku atau karakternya, namun sebagai guru kita harus kreatif untuk menyusun metode pembelajaran yang sesuai dengan krakter anak yang belajarnya. Misal ada satu kasus, sebuah kelas terdiri dari beberapa anak yang karakternya sangat menonjol, yaitu anak yang hiperaktif, anak yang pasif, anak yang suka menyakiti orang lain, atau anak yang suka mengacau di kelas. Katakanlah ini sebuah kelas dalam mata pelajaran Seni Musik.
Berbicara tentang model pembelajaran musik, tentu ingatan kita akan tertuju pada dua nama, yaitu EMILE JAQUES DALCROZE dan ZOLTAN KODALY. Model pembelajaran musik yang dikembangkan oleh dua ilmuan itu sangat efektif terutama untuk pemula. Nah, metode yang paling cocok untuk mengatasi sebuah kelas dengan keadaan yang telah disebutkan tadi adalah model pembelajaran yang dikembangkan oleh Emile Jaques Dalcroze, yaitu Eurhythmic yang merupakan suatu upaya untuk membangkitkan dan mengendalikan perasaan melalui gerakan, dalam suasana musikal tertentu. Melalui eurythmic siswa dilatih untuk meningkatkan perhatian dan respon kreatifnya (improvisasi) terhadap perubahan musikal, sekaligus menempatkan proses kinestetik secara terkontrol. Proses kinestetik yakni suatu keterkaitan antara gerakan tubuh bagian luar (kepala, bahu, tangan, pingang, kaki dll) dengan gerak rasa dalam diri manusia, yang dikendalikan oleh perintah otak melalui sistem syaraf. Dalcroze menyimpulkan bahwa instrumen musik yang pertama kali harus dipelajari adalah tubuh manusia, karena landasan dari seni musik adalah emosi manusia.
Proses pembelajaran musik melalui eurythmic Dalcroze ini membutuhkan ruang yang memungkinkan siswa untuk bergerak dengan leluasa. Siswa dan guru perlu memakai busana yang mudah untuk bergerak misalnya mengenakan pakaian olah raga. Diperlukan juga rekaman musik beserta peralatan audio yang mendukungnya, atau instrumen piano/keyboard serta sejumlah alat musik perkusi. Keberadaan peralatan perkusi ini tidak mengikat, dapat disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan kreativitas guru, misalnya bisa menggunakan kardus bekas, botol aqua, kertas, dan lain-lain.
Metode dalcroze ini akan sesuai dengan karakter anak yang beda-beda tersebut. Anak yang hiperaktif cenderung tidak mau diam, dengan metode ini si anak diajak untuk bebas bergerak namuntetap mengacu pada tujuan pembelajaran yaitu menanamkan rasa musikalitas. Anak yang suka mengacau atau yang suka menyakiti orang lain pun akan mau jika diajak dalam permainan musical yang menyenangkan, di sisi lain anak yang pasif akan mudah untuk mengikuti. Jika kita sudah bisa mendapatkan perhatiannya, kita akan dengan mudah membawa mereka, dengan begitu tujuan pembelajaran akan dengan mudah tercapai.
Terlepas dari semua itu, tulisan ini hanya sekedar konsep dan perencanaan saja. Masalah realisasinya, dan berhasil atau tidaknya metode ini bergantung pada gurunya itu sendiri, sejauh mana kekretifannya mengolah metode ini untuk menciptakan suasana belajar yang mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapakan.
Nah pertanyaannya, bagaimana menghadapi keadaan anak dengan perbedaan yang beraneka ragam itu, agar tujuan pembelajaran tetap tercapai. Tentunya bukan dengan cara memaksakan anak untuk merubah perilaku atau karakternya, namun sebagai guru kita harus kreatif untuk menyusun metode pembelajaran yang sesuai dengan krakter anak yang belajarnya. Misal ada satu kasus, sebuah kelas terdiri dari beberapa anak yang karakternya sangat menonjol, yaitu anak yang hiperaktif, anak yang pasif, anak yang suka menyakiti orang lain, atau anak yang suka mengacau di kelas. Katakanlah ini sebuah kelas dalam mata pelajaran Seni Musik.
Berbicara tentang model pembelajaran musik, tentu ingatan kita akan tertuju pada dua nama, yaitu EMILE JAQUES DALCROZE dan ZOLTAN KODALY. Model pembelajaran musik yang dikembangkan oleh dua ilmuan itu sangat efektif terutama untuk pemula. Nah, metode yang paling cocok untuk mengatasi sebuah kelas dengan keadaan yang telah disebutkan tadi adalah model pembelajaran yang dikembangkan oleh Emile Jaques Dalcroze, yaitu Eurhythmic yang merupakan suatu upaya untuk membangkitkan dan mengendalikan perasaan melalui gerakan, dalam suasana musikal tertentu. Melalui eurythmic siswa dilatih untuk meningkatkan perhatian dan respon kreatifnya (improvisasi) terhadap perubahan musikal, sekaligus menempatkan proses kinestetik secara terkontrol. Proses kinestetik yakni suatu keterkaitan antara gerakan tubuh bagian luar (kepala, bahu, tangan, pingang, kaki dll) dengan gerak rasa dalam diri manusia, yang dikendalikan oleh perintah otak melalui sistem syaraf. Dalcroze menyimpulkan bahwa instrumen musik yang pertama kali harus dipelajari adalah tubuh manusia, karena landasan dari seni musik adalah emosi manusia.
Proses pembelajaran musik melalui eurythmic Dalcroze ini membutuhkan ruang yang memungkinkan siswa untuk bergerak dengan leluasa. Siswa dan guru perlu memakai busana yang mudah untuk bergerak misalnya mengenakan pakaian olah raga. Diperlukan juga rekaman musik beserta peralatan audio yang mendukungnya, atau instrumen piano/keyboard serta sejumlah alat musik perkusi. Keberadaan peralatan perkusi ini tidak mengikat, dapat disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan kreativitas guru, misalnya bisa menggunakan kardus bekas, botol aqua, kertas, dan lain-lain.
Metode dalcroze ini akan sesuai dengan karakter anak yang beda-beda tersebut. Anak yang hiperaktif cenderung tidak mau diam, dengan metode ini si anak diajak untuk bebas bergerak namuntetap mengacu pada tujuan pembelajaran yaitu menanamkan rasa musikalitas. Anak yang suka mengacau atau yang suka menyakiti orang lain pun akan mau jika diajak dalam permainan musical yang menyenangkan, di sisi lain anak yang pasif akan mudah untuk mengikuti. Jika kita sudah bisa mendapatkan perhatiannya, kita akan dengan mudah membawa mereka, dengan begitu tujuan pembelajaran akan dengan mudah tercapai.
Terlepas dari semua itu, tulisan ini hanya sekedar konsep dan perencanaan saja. Masalah realisasinya, dan berhasil atau tidaknya metode ini bergantung pada gurunya itu sendiri, sejauh mana kekretifannya mengolah metode ini untuk menciptakan suasana belajar yang mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapakan.
Minggu, 21 Maret 2010
Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Seni Musik
Melanjutkan perkuliahan lo pend waktu itu…….
Tentang kompetensi dasar mata pelajaran seni musik di beberapa jenjang sekolah,
Namun saya lebih tertarik dengan diskusi pembelajan seni musik di tingkat sekolah dasar,
Berdasarkan observasi lapangan,ternyata pembelajaran seni musik di tingkat SD bukan menanamkan rasa suka dan kecintaan terhadap musik, melainkan mereka dicekoki dengan teori yang saya kira belum saatnya diberikan. Hal ini juga saya alami waktu masih duduk di bangku SD dan SMP. Saya dicekoki dengan teori-teori musik yang membingungkan, padahal seharusnya musik itu menyenangkan.
Mereka sudah diberi materi tentang nilai not, nada alterasi, tangga nada beberapa tonalitas, dan mereka menghapalnya seperti mereka menghapal rumus matematika atau perlajaran yang lain tanpa tahu apa sebenarnya yang mereka hapalkan itu.
Sebenarnya untuk tingkat SD pembelajarn seni musik tidak harus serumit itu, karena pembelajarannya bisa disesuaikan dengan tingkat kognitif anak. Hakekat musik sebenarnya adalah bunyi, jadi untuk tahap pengenalan sebenarnya teori-toeri musik itu tidak penting karena dalam tujuannya diharapkan anak menyukai dan mencintai musik, untuk selebihnya si anak akan dengan senidirinya mempelajari musik apabila sudah tertanam kecintaan dalam dirinya terhadap musik itu sendiri.
Ada banyak model pembelajaran musik, yang ingin saya jelaskan sedikit disini adalah model pembelajaran musik oleh Zoltan Kodaly dan Emile Jaques Dalcroze.
Zoltan Kodaly
Zoltan Kodaly adalah seorang komposer dan pendidik musik yang lahir di Kecskemét Honggaria pada tanggal 16 Desember 1882, dan meninggal pada tanggal 6 Maret 1967 di Budapest. Berdasarkan pengamatannya, ia menemukan beberapa kelemahan pendidikan musik di Honggaria, ia juga memandang pendidikan bagi guru musik belum memadai.
Kodaly menginginkan adanya suatu kesatuan sistem pendidikan musik di Hongaria yang memungkinkan seorang anak mencintai dan mengetahui musik sejak taman kanak-kanak hingga dewasa.
Zoltan Kodaly mengembangkan metode pembelajaran yang didasari pada pola pembelajaran bahasa yakni dimulai dengan aural, menulis, baru membaca. Aural berarti musik diperdengarkan kemudian diikuti oleh siswa secara lisan. Misalnya Siswa menyanyi sesuai contoh guru, kemudian melakukan gerakan tangan yang menunjukkan tinggi rendah nada. Setelah kegiatan serupa dianggap memadai baru dilanjutkan dengan kegiatan menulis yakni mengkonstruksikan pengalaman bernyanyi dan bergerak dalam tulisan/simbol notasi. Kegiatan selanjutnya yakni membaca notasi, dilakukan sebagai penguatan untuk menyadari keterkaitan antara pengalaman bermusik dan pengetahuan notasi.
Dari model pembelajaran tersebut bisa dilihat bahwa pembelajaran musik dimulai dengan aural, menulis atau membaca dilakukan jika tahap aural ini sudah memadai.
Saya kira, saya belum menemukan pembelajaran musik seperti yang dikembangkan oleh Zoltan Kodaly ini.
Emile Jaques Dalcroze
Emile Jaques Dalcroze (1865 –1950) adalah seorang komposer sekaligus guru musik dan peneliti yang berasal dari Swiss.
Setelah melakukan penelitian ia memperoleh sejumlah kesimpulan dan penemuan. Ia menyimpulkan bahwa instrumen musik yang pertama kali harus dipelajari adalah tubuh manusia, karena landasan dari seni musik adalah emosi manusia “What is the first instrument that must be trained in music? The human body! The base of all musical art is human emotion.”(Choksi et all, 1986:31).
Berdasarkan kesimpulan tersebut ia mengembangkan suatu cara memperbaiki kemampuan musikal murid-muridnya melalui suatu tehnik yang disebut sebagai eurythmic. Eurhythmic merupakan suatu upaya untuk membangkitkan dan mengendalikan perasaan melalui gerakan, dalam suasana musikal tertentu. Melalui eurythmic siswa dilatih untuk meningkatkan perhatian dan respon kreatifnya (improvisasi) terhadap perubahan musikal, sekaligus menempatkan proses kinestetik secara terkontrol. Proses kinestetik yakni suatu keterkaitan antara gerakan tubuh bagian luar (kepala, bahu, tangan, pingang, kaki dll) dengan gerak rasa dalam diri manusia, yang dikendalikan oleh perintah otak melalui sistem syaraf.
Ada satu video yan cukup singkat tentang pembelajaran ritmis yang dikembangkan oleh dalcroze ini. Anak-anak di ajak bermain, dengan tujuan agar si anak merasakan ketukan,tempo dan ekspresi. Seseorang memainkan piano, yang lainnya termasuk anak-anak membentuk lingkaran,dimana salah satu dari mereka memegang bola. Pada saat piano dimainkan bola akan diestapetkan melalui orang yang melingkar itu, ini dilakuka terus-menerus agar si anak merasakan dimana aksennya dan merasakan tempo yang diperlambat atau dipercepat.
Ini begitu sederhana dan mudah dipahami oleh anak-anak, selain itu anak akan terlatih untuk memusatkan perhatian dan konsentrasi.
Masih banyak lagi teori pembelajaran musik yang seharusnya menjadi acuan dalam pembelajan musik di tingkat sekolah dasar.
Kepada siapapun yang membaca tulisan ini, mohon komentarnya ya....
Menurut anda ada yang salahkah dengan pembelajaran seni musik di sekolah dasar?
Tentang kompetensi dasar mata pelajaran seni musik di beberapa jenjang sekolah,
Namun saya lebih tertarik dengan diskusi pembelajan seni musik di tingkat sekolah dasar,
Berdasarkan observasi lapangan,ternyata pembelajaran seni musik di tingkat SD bukan menanamkan rasa suka dan kecintaan terhadap musik, melainkan mereka dicekoki dengan teori yang saya kira belum saatnya diberikan. Hal ini juga saya alami waktu masih duduk di bangku SD dan SMP. Saya dicekoki dengan teori-teori musik yang membingungkan, padahal seharusnya musik itu menyenangkan.
Mereka sudah diberi materi tentang nilai not, nada alterasi, tangga nada beberapa tonalitas, dan mereka menghapalnya seperti mereka menghapal rumus matematika atau perlajaran yang lain tanpa tahu apa sebenarnya yang mereka hapalkan itu.
Sebenarnya untuk tingkat SD pembelajarn seni musik tidak harus serumit itu, karena pembelajarannya bisa disesuaikan dengan tingkat kognitif anak. Hakekat musik sebenarnya adalah bunyi, jadi untuk tahap pengenalan sebenarnya teori-toeri musik itu tidak penting karena dalam tujuannya diharapkan anak menyukai dan mencintai musik, untuk selebihnya si anak akan dengan senidirinya mempelajari musik apabila sudah tertanam kecintaan dalam dirinya terhadap musik itu sendiri.
Ada banyak model pembelajaran musik, yang ingin saya jelaskan sedikit disini adalah model pembelajaran musik oleh Zoltan Kodaly dan Emile Jaques Dalcroze.
Zoltan Kodaly
Zoltan Kodaly adalah seorang komposer dan pendidik musik yang lahir di Kecskemét Honggaria pada tanggal 16 Desember 1882, dan meninggal pada tanggal 6 Maret 1967 di Budapest. Berdasarkan pengamatannya, ia menemukan beberapa kelemahan pendidikan musik di Honggaria, ia juga memandang pendidikan bagi guru musik belum memadai.
Kodaly menginginkan adanya suatu kesatuan sistem pendidikan musik di Hongaria yang memungkinkan seorang anak mencintai dan mengetahui musik sejak taman kanak-kanak hingga dewasa.
Zoltan Kodaly mengembangkan metode pembelajaran yang didasari pada pola pembelajaran bahasa yakni dimulai dengan aural, menulis, baru membaca. Aural berarti musik diperdengarkan kemudian diikuti oleh siswa secara lisan. Misalnya Siswa menyanyi sesuai contoh guru, kemudian melakukan gerakan tangan yang menunjukkan tinggi rendah nada. Setelah kegiatan serupa dianggap memadai baru dilanjutkan dengan kegiatan menulis yakni mengkonstruksikan pengalaman bernyanyi dan bergerak dalam tulisan/simbol notasi. Kegiatan selanjutnya yakni membaca notasi, dilakukan sebagai penguatan untuk menyadari keterkaitan antara pengalaman bermusik dan pengetahuan notasi.
Dari model pembelajaran tersebut bisa dilihat bahwa pembelajaran musik dimulai dengan aural, menulis atau membaca dilakukan jika tahap aural ini sudah memadai.
Saya kira, saya belum menemukan pembelajaran musik seperti yang dikembangkan oleh Zoltan Kodaly ini.
Emile Jaques Dalcroze
Emile Jaques Dalcroze (1865 –1950) adalah seorang komposer sekaligus guru musik dan peneliti yang berasal dari Swiss.
Setelah melakukan penelitian ia memperoleh sejumlah kesimpulan dan penemuan. Ia menyimpulkan bahwa instrumen musik yang pertama kali harus dipelajari adalah tubuh manusia, karena landasan dari seni musik adalah emosi manusia “What is the first instrument that must be trained in music? The human body! The base of all musical art is human emotion.”(Choksi et all, 1986:31).
Berdasarkan kesimpulan tersebut ia mengembangkan suatu cara memperbaiki kemampuan musikal murid-muridnya melalui suatu tehnik yang disebut sebagai eurythmic. Eurhythmic merupakan suatu upaya untuk membangkitkan dan mengendalikan perasaan melalui gerakan, dalam suasana musikal tertentu. Melalui eurythmic siswa dilatih untuk meningkatkan perhatian dan respon kreatifnya (improvisasi) terhadap perubahan musikal, sekaligus menempatkan proses kinestetik secara terkontrol. Proses kinestetik yakni suatu keterkaitan antara gerakan tubuh bagian luar (kepala, bahu, tangan, pingang, kaki dll) dengan gerak rasa dalam diri manusia, yang dikendalikan oleh perintah otak melalui sistem syaraf.
Ada satu video yan cukup singkat tentang pembelajaran ritmis yang dikembangkan oleh dalcroze ini. Anak-anak di ajak bermain, dengan tujuan agar si anak merasakan ketukan,tempo dan ekspresi. Seseorang memainkan piano, yang lainnya termasuk anak-anak membentuk lingkaran,dimana salah satu dari mereka memegang bola. Pada saat piano dimainkan bola akan diestapetkan melalui orang yang melingkar itu, ini dilakuka terus-menerus agar si anak merasakan dimana aksennya dan merasakan tempo yang diperlambat atau dipercepat.
Ini begitu sederhana dan mudah dipahami oleh anak-anak, selain itu anak akan terlatih untuk memusatkan perhatian dan konsentrasi.
Masih banyak lagi teori pembelajaran musik yang seharusnya menjadi acuan dalam pembelajan musik di tingkat sekolah dasar.
Kepada siapapun yang membaca tulisan ini, mohon komentarnya ya....
Menurut anda ada yang salahkah dengan pembelajaran seni musik di sekolah dasar?
KURIKULUM ITU BUKAN SEKEDAR DOKUMEN
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang system Pendidikan Nasional dikatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara kegiatan belajar mengajar. Tidak berhenti sampai disana, pendapat tentang pengertian kurikulum masih banyak lagi, diantaranya :
1. Murray print (1993), mengungkapkan bahwa kurikulum itu meliputi planned learning experience, offered within an educational institution/program, represented as a document, and includes experiences resulting from implementing that document.
2. Robert M. Hutchins (1936), menyatakan bahwa “ The curriculum should include grammar, reading, thetoric and logic and mathematic and additionat the secondary level introducethe great books of the western world “
3. Romine (1945), menyatakan bahwa “ Curriculum is interpreted to mean all of the organized course, activities, and experiences wich pupils have under direction of the school , wether in the classroom or not “
4. Harold Alberty (1965), menyatakan bahwa kurikulum adalah “ all of the activities that are provided for the student by the school “
Selain yang disebutkan di atas, masih banyak lagi pendapat tentang pengertian kurikulum.
Jika kurikulum dianggap sebagai pengalaman atau seluruh aktivitas siswa, maka untuk memahami kurikulum sekolah tidak cukup hanya dengan melihat dokumen kurikulum sebagai suatu program tertulis, akan tetapi juga bagaimana proses pembelajaran yang dilakukan anak didik baik disekolah maupun diluar sekolah. Hal ini harus dipahami sebab kaitannya sangat erat dengan evaluasi keberhasilan peaksanaan suatu kurikulum yaitu bahwa pencapaian target pelaksanaan suatu kurikulum tidak hanya diukur dari kemampuan siswa menguasai seluruh isi atau materi perlajaran seperti yang tergambar dari hasil tes sebagai produk belajar, tetapi juga harus dilihat proses atau kegiatan siswa sebagai pengalaman belajar.
Diperkuat juga oleh penjelasan tentang 4 dimensi kurikulum, yaitu :
1. Ide/gagasan
2. Suatu rencana tertulis
3. Suatu kegiatan
4. Hasil
Jadi kurikulum itu bukan sekedar ide yang tertuang dalam kertas menjadi sebuah dokumen, tapi dikatakan kurikulum jika dokumen tadi menjadi sebuah aktivitas yang mampu menghasilkan sesuatu.Implementasinya di sekolah, kurikulum harus tersusun secara sistemik agar proses yang dilalui peserta didik itu mengacu pada tujuan pendidikan.
1. Murray print (1993), mengungkapkan bahwa kurikulum itu meliputi planned learning experience, offered within an educational institution/program, represented as a document, and includes experiences resulting from implementing that document.
2. Robert M. Hutchins (1936), menyatakan bahwa “ The curriculum should include grammar, reading, thetoric and logic and mathematic and additionat the secondary level introducethe great books of the western world “
3. Romine (1945), menyatakan bahwa “ Curriculum is interpreted to mean all of the organized course, activities, and experiences wich pupils have under direction of the school , wether in the classroom or not “
4. Harold Alberty (1965), menyatakan bahwa kurikulum adalah “ all of the activities that are provided for the student by the school “
Selain yang disebutkan di atas, masih banyak lagi pendapat tentang pengertian kurikulum.
Jika kurikulum dianggap sebagai pengalaman atau seluruh aktivitas siswa, maka untuk memahami kurikulum sekolah tidak cukup hanya dengan melihat dokumen kurikulum sebagai suatu program tertulis, akan tetapi juga bagaimana proses pembelajaran yang dilakukan anak didik baik disekolah maupun diluar sekolah. Hal ini harus dipahami sebab kaitannya sangat erat dengan evaluasi keberhasilan peaksanaan suatu kurikulum yaitu bahwa pencapaian target pelaksanaan suatu kurikulum tidak hanya diukur dari kemampuan siswa menguasai seluruh isi atau materi perlajaran seperti yang tergambar dari hasil tes sebagai produk belajar, tetapi juga harus dilihat proses atau kegiatan siswa sebagai pengalaman belajar.
Diperkuat juga oleh penjelasan tentang 4 dimensi kurikulum, yaitu :
1. Ide/gagasan
2. Suatu rencana tertulis
3. Suatu kegiatan
4. Hasil
Jadi kurikulum itu bukan sekedar ide yang tertuang dalam kertas menjadi sebuah dokumen, tapi dikatakan kurikulum jika dokumen tadi menjadi sebuah aktivitas yang mampu menghasilkan sesuatu.Implementasinya di sekolah, kurikulum harus tersusun secara sistemik agar proses yang dilalui peserta didik itu mengacu pada tujuan pendidikan.
Jumat, 19 Februari 2010
Methodology Populer Pedagogy
MusikCarl Orff [1895 – 1982]
Composer Jerman dan PedagogOrff mulai mengajar di Munich pada tahun 1920-an, yang pada saat itu, sekolah yang melatih guru dana gymnastic dan tari cukup popular. Orff mendirikan “Guntherschule” bekerjasama dengan penari Dorothy Gunther dan menggabungkan pelajaran tari dengan musik. Sekolahnya itu hancur pada saat perang dunia II. Setelah peperangan selesai, pemerintah Jerman menginginkan Orff untuk memfokuskan kepada pendidikan musik, Dengan memulai berbagai kelas musik di Salzburg. kini institute Orff yang berdiri di Salzburg mendidik calon guru musik, dengan tujuan agar dapat mendidik anak supaya bisa menciptakan musik sendiri.
Goals of Orff Style of Teaching
• Mengembangkan kemampuan anak dengan bakat musik
• Bermain instrument, improvisasi dan mengkreasi musik
• Dengan menggunakan instrument yang sederhana
• Salah satunya menggunakan instrument Gamelan dari Indonesia.Orff terkenal menggunakan instrument perkusif dalam pengajarannya. Seperti Xylophones, Metallophones, dsb.
Summary:
• Perlunya partisipasi yang aktif untuk mengerti
• Menyanyikan pentatonic scales
• Mengerakan tubuh, bertepuk, snapping.
• Integrasi dari menyanyi, menari, dan bermain instrument
• Menggunakan instrument musik yang didesain unik
• Mengembagkan kreatifitas murid.
Zoltan Kodaly [1882 – 1967]
Komposer, Musikolog, dan Pedagog HungariaKodaly dikenal dengan karya-karya choral dan metodologi mengajar. Kodaly memiliki tujuan memajukan pendidikan musik untuk semua orang Hungaria. Pendidikan musik utama dari Kodaly adalah melalui nyanyian/musik vocal.
Main Points
• Meyakini bahwa pendidikan musik dimulai dari nyanyian
• Mengembagakn kemampuan berbicara melalui nyanian
• Metode menggunakan nyanyian tradisi bangsa sendiri (bahasa ibu)
• Meyakini bahwa pendidikan musik harus mengikuti perkembangan anakBasic Philosophy
• Literature musik adalah sesuatu yang dapat dilakukan dan dinikmati semua orang
• Menyanyi adalah dasar dari semua pendidikan musik
• Pendidikan musik harus dimulai dari usia dini
• Musik dari kebudayaan local adalah alat terbaik mendidik musik
• Hanya musik dengan tingkat kesenian tinggi yang bisa digunakan
Shinichi Suzuki
Suzuki telah familiar dengan musik sejak usia muda. Keluarganya membuat biola, dan Suzuki dengan saudara-saudara kendungnya membentuk grup biola yang lalu secara aktif pentas di Jepang. Setelah perang dunia II, pabrik biola milik keluarganya hancur, sejak itu Suzuki mengalihkan perhatiannya kepada pendidikan musik. Metode pendidikan musik dari Suzuki sudah terbukti sangat efektif dalam mendidik anak-anak usia muda dalam bermain biola.
Basic Concept
• Seluruh anggota keluarga dilibatkan dalam proses belajar musik
• Mulai pendidikan sejak dini
• Anak memulai pendidikan dengan mengimitasi dari pendengaran
• Semua musik yang dimainkan dihafal, membaca tidak diperhatikan untuk tahap awal
• Semua bahan pelajaran dipelajari dengan detailBasic Avantages
• Pencapaian level yang tinggi
• Pengenalan musik yang bagus sejak dini
• Anggota keluarga yang ikut bekerjasamaBasic Concern
• Terlalu menekankan pada proses imitasi
• Mempelajari notasi musik dengan terlambat
• Perbedaan budaya di dalam keluarga Negara yang berbeda.
DEFINISI KURIKULUM
www.ppk.kpm.my/definasi.htm
“… suatu program pendidikan yang termasuk kurikulum dan kegiatan kokurikulum yang merangkumi semua pengetahuan, kemahiran, norma, nilai, unsure kebudayaan dan kepercayaan untuk membantu perkembangan seseorang murid dengan sepenuhnya dari segi jasmani, rohani, mental dan emosi serta untuk menanam dan mempertingkatkan nilai moral yang diingini dan untuk menyampaikan pengetahuan”
Akta Pendidikan 1996[Peraturan-peraturan (Kurikulum Kebangsaan) Pendidikan 1997]
2. www.ktsp.diknas.go.id/download/ktsp_smk/01.ppt
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Depertemen pendidikan nasional
(UNDANG–UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL)
www.kopertis4.or.id
Kurikulum pendidikan tinggi adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaian dan penilaiannya yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di
perguruan tinggi.
(Pasal 1 Butir 6 Kepmendiknas No.232/U/2000 tentang Pedoman PenyusunanKurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa)
www.ciast.gov.my/backup/malay
Curriculum as, 'All the learning which is planned andguided by the school, whether it is carried on ingroups or individually, inside or outside the school.
ways of approaching curriculum theory and practice:
1. Curriculum as a body of knowledge to be transmitted.
2. Curriculum as an attempt to achieve certain ends in students - product.
3. Curriculum as process.
(quoted in Kelly 1983: 10; see also, Kelly 1999)
www.mail-archive.com/ppi@freelists.org/msg29777.html
Kurikulum yakni bahwa konsep kurikulum dapat diklasifikasikan ke dalam empat jenis pengertian yang meliputi: (1) kurikulum sebagai produk; (2) kurikulum sebagai program; (3) kurikulum sebagai hasil yang diinginkan: dan (4) kurikulum sebagai pengalaman belajar bagi peserta didik.
(Beane dkk 1986)
www.karyanet.com.my/knet/ebook
‘Kurikulum’ dalam bahasa Latin mempunyai kata akar ‘curere’. Kata ini bermaksud ‘laluan’ atau ‘jejak’. Secara yang lebih luas pula maksudnya ialah ‘jurusan’ seperti dalam rangkai kata jurusan peperangan’. Perkataan’kurikulum’ dalam bahasa Inggris mengandungi pengertian ‘jelmaan’ atau ‘metamorfosis’. Paduan makna kedua-dua bahasa ini menghasilkan makna bahawa perkataan kurikuluin’ ialah ‘laluan dan satu peringkat ke satu peningkat’. Perluasan makna ini memberikan pengertian ‘kurikulum’ dalam perbendaharaan kata pendidikan bahasa Inggeris sebagai jurusan pengajian yang diikuti di sekolah.
(Kliebard, 1982)
www.kopertis4.or.id
Kurikulum adalah suatu perencanaan untuk mendapatkan keluaran (out7 comes) yang diharapkan dari suatu pembelajaran.Perencanaan tersebut disusun secara terstrukturuntuk suatu bidang studi, sehingga memberikan pedoman dan instruksi untuk mengembangkan strategi pembelajaran (Materi di dalam kurikulum harus diorganisasikan dengan baik agar sasaran (goals) dan tujuan (objectives) pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai.
(Grayson 197)
www.kopertis4.or.id
Kurikulum merupakan gagasan pendidikan yang diekpresikan dalam praktik. Dalam bahasa latin, kurikulum berarti track atau jalur pacu. Saat ini definisi kurikulum semakin berkembang, sehingga yang dimaksud kurikulum tidak hanya gagasan pendidikan tetapi juga termasuk seluruh program pembelajaran yang terencana dari suatu institusi pendidikan.
(Harsono 2005)
www.hotnickname.blogspot.com
Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pembelajaran serta metode yang digunakan sebagai pedoman menyelenggarakan kegiatan pembelajaran
(Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 725/Menkes/SK/V/2003
tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan di bidang Kesehatan)
www.bsn.or.id/SNI
Kurikulum adalah serangkaian mata ajar dan pengalaman belajar yang mempunyai tujuan tertentu, yang diajarkan dengan cara tertentu dan kemudian dilakukan evaluasi
(Badan Standardisasi Nasional SNI 19-7057-2004 tentang
Kurikulum pelatihan hiperkes dan keselamatankerja bagi dokter perusahaan)
www.metos2004.250free.com/curriculum/kurikulum.htm
kurikulum dapat diartikan sebagai pengajian di sekolah dengan mengambil kira kandungan dari masa lampau hingga masa kini. Pembentukan kurikulum menekankan kepetingn dan keperluan masyarakat.
(John Dewey 1902;5
dalam bukunya ‘The Child and The Curriculum’)
www.destalyana.blogspot.com
Kurikulum dapat diartikan keseluruhan pengalaman, yang tak terarah dan terarah, terumpu kepada perkembangan kebolehan individu atau satu siri latihan pengalaman langsung secara sedar digunakan oleh sekolah untuk melengkap dan menyempurnakan pendedahannya. Konsep beliau menekankan kepada pemupukan perkembangan individu melalui segala pengalaman termasuk pengalaman yang dirancangkan oleh sekolah.
(Frank Bobbit 1918,
dalam buku ‘The Curriculum’)
www.depdiknas.go.id/jurnal
Kurikulum sebagai a plan for learning, yakni sesuatu yang direncanakan untuk dipelajari oleh siswa. Sementara itu, pandangan lain mengatakan bahwa kurikulum sebagai dokumen tertulis yang memuat rencana untuk peserta didik selama di sekolah
(Hilda Taba ;1962
dalam bukunya "Curriculum Development Theory and Practice)
www.depdiknas.go.id/jurnal/35
Menurut Hasan Kurikulum bersifat fleksibilitas mengandung dua posisi. Pada posisi pertama berhubungan dengan fleksibilitas sebagai suatu pemikiran kependidikan bagi diklat. Dengan demikian, pada posisi teoritik yang harus dikembangkan dalam kurikulum sebagai rencana. Pengertian kedua yaitu sebagai kaidah pengembang kurikulum. Terdapatnya posisi pengembang ini karena adanya perubahan pada pemikiran kependidikan atau pelatihan.
“… suatu program pendidikan yang termasuk kurikulum dan kegiatan kokurikulum yang merangkumi semua pengetahuan, kemahiran, norma, nilai, unsure kebudayaan dan kepercayaan untuk membantu perkembangan seseorang murid dengan sepenuhnya dari segi jasmani, rohani, mental dan emosi serta untuk menanam dan mempertingkatkan nilai moral yang diingini dan untuk menyampaikan pengetahuan”
Akta Pendidikan 1996[Peraturan-peraturan (Kurikulum Kebangsaan) Pendidikan 1997]
2. www.ktsp.diknas.go.id/download/ktsp_smk/01.ppt
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Depertemen pendidikan nasional
(UNDANG–UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL)
www.kopertis4.or.id
Kurikulum pendidikan tinggi adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaian dan penilaiannya yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di
perguruan tinggi.
(Pasal 1 Butir 6 Kepmendiknas No.232/U/2000 tentang Pedoman PenyusunanKurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa)
www.ciast.gov.my/backup/malay
Curriculum as, 'All the learning which is planned andguided by the school, whether it is carried on ingroups or individually, inside or outside the school.
ways of approaching curriculum theory and practice:
1. Curriculum as a body of knowledge to be transmitted.
2. Curriculum as an attempt to achieve certain ends in students - product.
3. Curriculum as process.
(quoted in Kelly 1983: 10; see also, Kelly 1999)
www.mail-archive.com/ppi@freelists.org/msg29777.html
Kurikulum yakni bahwa konsep kurikulum dapat diklasifikasikan ke dalam empat jenis pengertian yang meliputi: (1) kurikulum sebagai produk; (2) kurikulum sebagai program; (3) kurikulum sebagai hasil yang diinginkan: dan (4) kurikulum sebagai pengalaman belajar bagi peserta didik.
(Beane dkk 1986)
www.karyanet.com.my/knet/ebook
‘Kurikulum’ dalam bahasa Latin mempunyai kata akar ‘curere’. Kata ini bermaksud ‘laluan’ atau ‘jejak’. Secara yang lebih luas pula maksudnya ialah ‘jurusan’ seperti dalam rangkai kata jurusan peperangan’. Perkataan’kurikulum’ dalam bahasa Inggris mengandungi pengertian ‘jelmaan’ atau ‘metamorfosis’. Paduan makna kedua-dua bahasa ini menghasilkan makna bahawa perkataan kurikuluin’ ialah ‘laluan dan satu peringkat ke satu peningkat’. Perluasan makna ini memberikan pengertian ‘kurikulum’ dalam perbendaharaan kata pendidikan bahasa Inggeris sebagai jurusan pengajian yang diikuti di sekolah.
(Kliebard, 1982)
www.kopertis4.or.id
Kurikulum adalah suatu perencanaan untuk mendapatkan keluaran (out7 comes) yang diharapkan dari suatu pembelajaran.Perencanaan tersebut disusun secara terstrukturuntuk suatu bidang studi, sehingga memberikan pedoman dan instruksi untuk mengembangkan strategi pembelajaran (Materi di dalam kurikulum harus diorganisasikan dengan baik agar sasaran (goals) dan tujuan (objectives) pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai.
(Grayson 197)
www.kopertis4.or.id
Kurikulum merupakan gagasan pendidikan yang diekpresikan dalam praktik. Dalam bahasa latin, kurikulum berarti track atau jalur pacu. Saat ini definisi kurikulum semakin berkembang, sehingga yang dimaksud kurikulum tidak hanya gagasan pendidikan tetapi juga termasuk seluruh program pembelajaran yang terencana dari suatu institusi pendidikan.
(Harsono 2005)
www.hotnickname.blogspot.com
Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pembelajaran serta metode yang digunakan sebagai pedoman menyelenggarakan kegiatan pembelajaran
(Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 725/Menkes/SK/V/2003
tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan di bidang Kesehatan)
www.bsn.or.id/SNI
Kurikulum adalah serangkaian mata ajar dan pengalaman belajar yang mempunyai tujuan tertentu, yang diajarkan dengan cara tertentu dan kemudian dilakukan evaluasi
(Badan Standardisasi Nasional SNI 19-7057-2004 tentang
Kurikulum pelatihan hiperkes dan keselamatankerja bagi dokter perusahaan)
www.metos2004.250free.com/curriculum/kurikulum.htm
kurikulum dapat diartikan sebagai pengajian di sekolah dengan mengambil kira kandungan dari masa lampau hingga masa kini. Pembentukan kurikulum menekankan kepetingn dan keperluan masyarakat.
(John Dewey 1902;5
dalam bukunya ‘The Child and The Curriculum’)
www.destalyana.blogspot.com
Kurikulum dapat diartikan keseluruhan pengalaman, yang tak terarah dan terarah, terumpu kepada perkembangan kebolehan individu atau satu siri latihan pengalaman langsung secara sedar digunakan oleh sekolah untuk melengkap dan menyempurnakan pendedahannya. Konsep beliau menekankan kepada pemupukan perkembangan individu melalui segala pengalaman termasuk pengalaman yang dirancangkan oleh sekolah.
(Frank Bobbit 1918,
dalam buku ‘The Curriculum’)
www.depdiknas.go.id/jurnal
Kurikulum sebagai a plan for learning, yakni sesuatu yang direncanakan untuk dipelajari oleh siswa. Sementara itu, pandangan lain mengatakan bahwa kurikulum sebagai dokumen tertulis yang memuat rencana untuk peserta didik selama di sekolah
(Hilda Taba ;1962
dalam bukunya "Curriculum Development Theory and Practice)
www.depdiknas.go.id/jurnal/35
Menurut Hasan Kurikulum bersifat fleksibilitas mengandung dua posisi. Pada posisi pertama berhubungan dengan fleksibilitas sebagai suatu pemikiran kependidikan bagi diklat. Dengan demikian, pada posisi teoritik yang harus dikembangkan dalam kurikulum sebagai rencana. Pengertian kedua yaitu sebagai kaidah pengembang kurikulum. Terdapatnya posisi pengembang ini karena adanya perubahan pada pemikiran kependidikan atau pelatihan.
Langganan:
Komentar (Atom)