Minggu, 21 Maret 2010

Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Seni Musik

Melanjutkan perkuliahan lo pend waktu itu…….
Tentang kompetensi dasar mata pelajaran seni musik di beberapa jenjang sekolah,
Namun saya lebih tertarik dengan diskusi pembelajan seni musik di tingkat sekolah dasar,

Berdasarkan observasi lapangan,ternyata pembelajaran seni musik di tingkat SD bukan menanamkan rasa suka dan kecintaan terhadap musik, melainkan mereka dicekoki dengan teori yang saya kira belum saatnya diberikan. Hal ini juga saya alami waktu masih duduk di bangku SD dan SMP. Saya dicekoki dengan teori-teori musik yang membingungkan, padahal seharusnya musik itu menyenangkan.
Mereka sudah diberi materi tentang nilai not, nada alterasi, tangga nada beberapa tonalitas, dan mereka menghapalnya seperti mereka menghapal rumus matematika atau perlajaran yang lain tanpa tahu apa sebenarnya yang mereka hapalkan itu.
Sebenarnya untuk tingkat SD pembelajarn seni musik tidak harus serumit itu, karena pembelajarannya bisa disesuaikan dengan tingkat kognitif anak. Hakekat musik sebenarnya adalah bunyi, jadi untuk tahap pengenalan sebenarnya teori-toeri musik itu tidak penting karena dalam tujuannya diharapkan anak menyukai dan mencintai musik, untuk selebihnya si anak akan dengan senidirinya mempelajari musik apabila sudah tertanam kecintaan dalam dirinya terhadap musik itu sendiri.
Ada banyak model pembelajaran musik, yang ingin saya jelaskan sedikit disini adalah model pembelajaran musik oleh Zoltan Kodaly dan Emile Jaques Dalcroze.
Zoltan Kodaly
Zoltan Kodaly adalah seorang komposer dan pendidik musik yang lahir di Kecskemét Honggaria pada tanggal 16 Desember 1882, dan meninggal pada tanggal 6 Maret 1967 di Budapest. Berdasarkan pengamatannya, ia menemukan beberapa kelemahan pendidikan musik di Honggaria, ia juga memandang pendidikan bagi guru musik belum memadai.
Kodaly menginginkan adanya suatu kesatuan sistem pendidikan musik di Hongaria yang memungkinkan seorang anak mencintai dan mengetahui musik sejak taman kanak-kanak hingga dewasa.
Zoltan Kodaly mengembangkan metode pembelajaran yang didasari pada pola pembelajaran bahasa yakni dimulai dengan aural, menulis, baru membaca. Aural berarti musik diperdengarkan kemudian diikuti oleh siswa secara lisan. Misalnya Siswa menyanyi sesuai contoh guru, kemudian melakukan gerakan tangan yang menunjukkan tinggi rendah nada. Setelah kegiatan serupa dianggap memadai baru dilanjutkan dengan kegiatan menulis yakni mengkonstruksikan pengalaman bernyanyi dan bergerak dalam tulisan/simbol notasi. Kegiatan selanjutnya yakni membaca notasi, dilakukan sebagai penguatan untuk menyadari keterkaitan antara pengalaman bermusik dan pengetahuan notasi.
Dari model pembelajaran tersebut bisa dilihat bahwa pembelajaran musik dimulai dengan aural, menulis atau membaca dilakukan jika tahap aural ini sudah memadai.
Saya kira, saya belum menemukan pembelajaran musik seperti yang dikembangkan oleh Zoltan Kodaly ini.


Emile Jaques Dalcroze
Emile Jaques Dalcroze (1865 –1950) adalah seorang komposer sekaligus guru musik dan peneliti yang berasal dari Swiss.
Setelah melakukan penelitian ia memperoleh sejumlah kesimpulan dan penemuan. Ia menyimpulkan bahwa instrumen musik yang pertama kali harus dipelajari adalah tubuh manusia, karena landasan dari seni musik adalah emosi manusia “What is the first instrument that must be trained in music? The human body! The base of all musical art is human emotion.”(Choksi et all, 1986:31).
Berdasarkan kesimpulan tersebut ia mengembangkan suatu cara memperbaiki kemampuan musikal murid-muridnya melalui suatu tehnik yang disebut sebagai eurythmic. Eurhythmic merupakan suatu upaya untuk membangkitkan dan mengendalikan perasaan melalui gerakan, dalam suasana musikal tertentu. Melalui eurythmic siswa dilatih untuk meningkatkan perhatian dan respon kreatifnya (improvisasi) terhadap perubahan musikal, sekaligus menempatkan proses kinestetik secara terkontrol. Proses kinestetik yakni suatu keterkaitan antara gerakan tubuh bagian luar (kepala, bahu, tangan, pingang, kaki dll) dengan gerak rasa dalam diri manusia, yang dikendalikan oleh perintah otak melalui sistem syaraf.
Ada satu video yan cukup singkat tentang pembelajaran ritmis yang dikembangkan oleh dalcroze ini. Anak-anak di ajak bermain, dengan tujuan agar si anak merasakan ketukan,tempo dan ekspresi. Seseorang memainkan piano, yang lainnya termasuk anak-anak membentuk lingkaran,dimana salah satu dari mereka memegang bola. Pada saat piano dimainkan bola akan diestapetkan melalui orang yang melingkar itu, ini dilakuka terus-menerus agar si anak merasakan dimana aksennya dan merasakan tempo yang diperlambat atau dipercepat.
Ini begitu sederhana dan mudah dipahami oleh anak-anak, selain itu anak akan terlatih untuk memusatkan perhatian dan konsentrasi.
Masih banyak lagi teori pembelajaran musik yang seharusnya menjadi acuan dalam pembelajan musik di tingkat sekolah dasar.
Kepada siapapun yang membaca tulisan ini, mohon komentarnya ya....
Menurut anda ada yang salahkah dengan pembelajaran seni musik di sekolah dasar?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar