Senin, 29 Maret 2010

Manajemen Kelas

Secara garis besar, manjemen kelas bisa diartikan sebagai suatu upaya yang dilakukan oleh seorang guru untuk mengatur keadaan kelas yang meliputi sosial, emosional, psikis siswa berserta sumber daya yang ada demi tercapainya tujuan pembelajaran. Diantara banyaknya aspek-aspek pendukung yang mempengaruhi tercapainya tujuan pendidikan, metode pembelajaran memiliki peran yang cukup penting, karena hubungannya dengan bagaimana menyampaikan materi pembelajaran kepada setiap anak/murid yang berbeda-beda, baik dari segi kognitif, karakter, emosional maupun keadaan psikologisnya.
Nah pertanyaannya, bagaimana menghadapi keadaan anak dengan perbedaan yang beraneka ragam itu, agar tujuan pembelajaran tetap tercapai. Tentunya bukan dengan cara memaksakan anak untuk merubah perilaku atau karakternya, namun sebagai guru kita harus kreatif untuk menyusun metode pembelajaran yang sesuai dengan krakter anak yang belajarnya. Misal ada satu kasus, sebuah kelas terdiri dari beberapa anak yang karakternya sangat menonjol, yaitu anak yang hiperaktif, anak yang pasif, anak yang suka menyakiti orang lain, atau anak yang suka mengacau di kelas. Katakanlah ini sebuah kelas dalam mata pelajaran Seni Musik.
Berbicara tentang model pembelajaran musik, tentu ingatan kita akan tertuju pada dua nama, yaitu EMILE JAQUES DALCROZE dan ZOLTAN KODALY. Model pembelajaran musik yang dikembangkan oleh dua ilmuan itu sangat efektif terutama untuk pemula. Nah, metode yang paling cocok untuk mengatasi sebuah kelas dengan keadaan yang telah disebutkan tadi adalah model pembelajaran yang dikembangkan oleh Emile Jaques Dalcroze, yaitu Eurhythmic yang merupakan suatu upaya untuk membangkitkan dan mengendalikan perasaan melalui gerakan, dalam suasana musikal tertentu. Melalui eurythmic siswa dilatih untuk meningkatkan perhatian dan respon kreatifnya (improvisasi) terhadap perubahan musikal, sekaligus menempatkan proses kinestetik secara terkontrol. Proses kinestetik yakni suatu keterkaitan antara gerakan tubuh bagian luar (kepala, bahu, tangan, pingang, kaki dll) dengan gerak rasa dalam diri manusia, yang dikendalikan oleh perintah otak melalui sistem syaraf. Dalcroze menyimpulkan bahwa instrumen musik yang pertama kali harus dipelajari adalah tubuh manusia, karena landasan dari seni musik adalah emosi manusia.
Proses pembelajaran musik melalui eurythmic Dalcroze ini membutuhkan ruang yang memungkinkan siswa untuk bergerak dengan leluasa. Siswa dan guru perlu memakai busana yang mudah untuk bergerak misalnya mengenakan pakaian olah raga. Diperlukan juga rekaman musik beserta peralatan audio yang mendukungnya, atau instrumen piano/keyboard serta sejumlah alat musik perkusi. Keberadaan peralatan perkusi ini tidak mengikat, dapat disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan kreativitas guru, misalnya bisa menggunakan kardus bekas, botol aqua, kertas, dan lain-lain.
Metode dalcroze ini akan sesuai dengan karakter anak yang beda-beda tersebut. Anak yang hiperaktif cenderung tidak mau diam, dengan metode ini si anak diajak untuk bebas bergerak namuntetap mengacu pada tujuan pembelajaran yaitu menanamkan rasa musikalitas. Anak yang suka mengacau atau yang suka menyakiti orang lain pun akan mau jika diajak dalam permainan musical yang menyenangkan, di sisi lain anak yang pasif akan mudah untuk mengikuti. Jika kita sudah bisa mendapatkan perhatiannya, kita akan dengan mudah membawa mereka, dengan begitu tujuan pembelajaran akan dengan mudah tercapai.
Terlepas dari semua itu, tulisan ini hanya sekedar konsep dan perencanaan saja. Masalah realisasinya, dan berhasil atau tidaknya metode ini bergantung pada gurunya itu sendiri, sejauh mana kekretifannya mengolah metode ini untuk menciptakan suasana belajar yang mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar