Rabu, 31 Maret 2010

Kurikulum dan Pembelajaran

1. Konsep dasar kurikulum memiliki 3 dimensi pengertian :

a. Kurkulum sebagai mata pelajaran dikemukakan oleh Robert M. Hutchins (1936)
“ The curriculum should include grammar, reading, thetoric and logic, and mathematic, and addition at the secondary level introduce the great books of the western world “.
b. Kurikulum sebagai pengalaman belajar dikemukakan oleh Hollis L.Caswell dan Campbell “ all of the experience children have under the guidance of teacher “. Sealain itu juga dikemukakan oleh Romine “ curriculum is interp[reted to mean all of the organized courses, activities and experiences wich pupils have under direction of the school, wether in the classroom or not.
c. Kurikulum sebagai perencanaan program pembelajaran dikemukakan oleh Hilda Taba “ A curriculum is a plan for learning : therefore, what is known about the learning process and the development of the individual has bearing on the shaping of a curriculum “, selain itu juga dikemukakan oleh Daniel Tanner (1975) yang menyatakan bahwa kurikulum adalah perencanaan yang berisi tentang petunjuk belajar serta hasil yang diharapkan”.
Jadi kurikulum dapat diartikan sebagai dokumen perencanaan yang berisi tentang tujuan yang harus dicapai, isi materi dan pengalaman belajar yang harus dilakukan siswa, strategi dan cara yang dapat dikembangkan, evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang pencapaian tujuan serta implementasi dari dokumen yang dirancang dalam bentuk nyata.

2. Landasan pengembangan kurikulum adalah proses penyusunan rencana tentang isi dan bahan pelajaran yang harus dipelajari serta bagaimana cara mempelajarinya. Ada 3 landasan pengembangan kurikulum yaitu landasan filosofis, psikologis dan landasan sosiologis-teknologis.

3. Komponen dan prinsip pengembangan kurikulum
 Prinsip relevansi
Bahwa pengetahuan maupun keterampilan siswa harus sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat, inilah yang disebut dengan prinsip relevan.
Relevan ada 3 macam, relevan dengan lingkungan hidup peserta didik, relevan dengan perkembangan zaman, relevan dengan tuntutan dunia kerja.
 Prinsip fleksibilitas
Prinsip fleksibilitas memiliki dua sisi : Pertama, fleksibel bagi guru yang artinya kurikulum harus memberikan ruang gerak bagi guru untuk mengembangkan program pengajarannya sesuai dengan kondisi yang ada, kedua fliksibel bagi siswa artinya kurikulum harus menyediakan berbagai kemungkinan program pilihan sesuai dengan bakat dan minat siswa.
 Prinsip kontinuitas
Prinsip ini mengandung pengertian bahwa perlu dijaga saling keterkaitan dan kesinambungan antara materi pelajaran pada berbagai jenjang dan jenis program pendidikan.
 Efektifitas
Berkenaan dengan rencana dalam suatu kurikulum dapat dilaksanakan dan dapat dicapai dalam kegiatan belajar mengajar.
 Efisiensis
Berhubungan dengan perbandingan antara tenaga, waktu, suara, dan biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang diperoleh.
4. Model-model kurikulum
 Model Tyler
Lebih bersifat bagaimana merancang suatu kurikulum, sesuai dengan tujuan dan misi suatu institusi pendidikan. Menurut Tyler ada 4 hal yang dianggap fundamental untuk mengembangkan kurikulum. Pertama, berhubungan dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai, kedua berhubungan dengan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan, kletiga pengorganisasian pengalaman belajar, dan keempat berhubungan dengan evaluasi

 Model Taba
Model Taba lebih menitikberatkan kepada bagaimana mengembangkan kurikulum sebagai suatu proses perbaikan dan penyempurnaan
 Model Olivia
Menurut Olivia suatu model kurikulum harus harus bersifat simple, komprehensif dan sisiteematik. Ada 12 komponen yang harus dikembangkan.
Komponen pertama adalah perumusan filosofis, sasaran, misi, serta visi lembaga pendidikan yang kesemuanya bersunber dari analisis kebutuhan siswa dan analisis kebutuhan masyarakat
Komponen kedua adalah analisis kebutuhan masyarakat dimana sekolah itu berada
Komponen ketiga dan keempat berisi tentang tujuan umum dan tujuan khusus kurikulum yang didasarakan kepada kebutuhan yang tercantum dalam komponen 1 dan 2
Komponen V adalah bagaimana mengorganisasikan rancangan dan mengimplementasikan kurkulum
Komponen VI dan VII menjabarkan kurikulm dalam bentuk perumusan tujuan umum dan tujuan khusus pembelajaran
Komponen VIII menetapkan strategi pembelajaran yang dimungkinkan dapat mencapai tujuan
Komponen IX penegmbangan kurikulum
Komponen X mengimplementasikan strategi
Komponen XI dan XII dilakukan evaluasi terhadap pemmbelajaran dan evaluasi kurikulum.
 Model Beauchamp
Menurutnya ada 5 langkah dalam proses pengembangan kurikulun
1. Menetapkan wilayah atau arena yang akan melakukan perubahan kurikulum
2. Mnetapkan orang-orang yang akan terlibat dalam proses pengembangan kurikulum
3. Menetapkan prosedur yang akan ditempuh
4. Implementasi kurikulum
5. Melaksanakan evaluasi kurikulum

 Model Wheeler
Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang membentuk lingkaran lingkaran. Menurutnya pengembangan kurikulum terdiri dari 5 tahap :
1. Menentukan tujuan umum dan tujuan khusus
2. Menentukan pengalaman belajar yang mungkin dapat dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan
3. Menentukan isi atau materi pembelajaran sesuai dengan pengalaman belajar
4. Mengorganisasi atau menyatukan pengalaman belajar dengan sisi atau materi belajar
5. Melakukan evaluasi setiap fase pengembangan dan pencapaian tujuan.
 Model Nicholls
Menurut Nicholls pendekatan pengembangan kurikulum terdiri atas elemen-elemen kurikulum yang membentuk siklus, menurutnya ada lima langkah dalam pengembangan kurikulum :
1. Analisis situasi
2. Menentukan tujuan khusus
3. Menentukan dan mengorganisasikan isi pelajaran
4. Menentukan dan engorganisasi metode
5. Evaluasi
 Model Dynamic Skilbeck
Model pengembangan kurikulum yang ia namakan model Dynamic adalah model pengembangan kurikulum pada level sekolah. Langkah-langkah pengembangan kurikulum :
1. Menganalisis situasi
2. Memformulasikan tujuan
3. Menyusun program
4. Interpretasi dan implementasi
5. Monitoring, feedback, penilaian dan rekonstruksi.
5. Secara umum terdapat 2 organisasi kurikulum :
a. Kurikulum berdasarkan mata pelajaran, meliputi :
 Mata pelajaran yang terpisah-pisah
 Mata pelajaran yang terhubung
 Fusi mata pelajaran
b. Kurikulum terpadu, meliputi :
 Kurikulum inti
 Social functions dan persistent situations
 Experience atau activity kurikulum

Senin, 29 Maret 2010

Manajemen Kelas

Secara garis besar, manjemen kelas bisa diartikan sebagai suatu upaya yang dilakukan oleh seorang guru untuk mengatur keadaan kelas yang meliputi sosial, emosional, psikis siswa berserta sumber daya yang ada demi tercapainya tujuan pembelajaran. Diantara banyaknya aspek-aspek pendukung yang mempengaruhi tercapainya tujuan pendidikan, metode pembelajaran memiliki peran yang cukup penting, karena hubungannya dengan bagaimana menyampaikan materi pembelajaran kepada setiap anak/murid yang berbeda-beda, baik dari segi kognitif, karakter, emosional maupun keadaan psikologisnya.
Nah pertanyaannya, bagaimana menghadapi keadaan anak dengan perbedaan yang beraneka ragam itu, agar tujuan pembelajaran tetap tercapai. Tentunya bukan dengan cara memaksakan anak untuk merubah perilaku atau karakternya, namun sebagai guru kita harus kreatif untuk menyusun metode pembelajaran yang sesuai dengan krakter anak yang belajarnya. Misal ada satu kasus, sebuah kelas terdiri dari beberapa anak yang karakternya sangat menonjol, yaitu anak yang hiperaktif, anak yang pasif, anak yang suka menyakiti orang lain, atau anak yang suka mengacau di kelas. Katakanlah ini sebuah kelas dalam mata pelajaran Seni Musik.
Berbicara tentang model pembelajaran musik, tentu ingatan kita akan tertuju pada dua nama, yaitu EMILE JAQUES DALCROZE dan ZOLTAN KODALY. Model pembelajaran musik yang dikembangkan oleh dua ilmuan itu sangat efektif terutama untuk pemula. Nah, metode yang paling cocok untuk mengatasi sebuah kelas dengan keadaan yang telah disebutkan tadi adalah model pembelajaran yang dikembangkan oleh Emile Jaques Dalcroze, yaitu Eurhythmic yang merupakan suatu upaya untuk membangkitkan dan mengendalikan perasaan melalui gerakan, dalam suasana musikal tertentu. Melalui eurythmic siswa dilatih untuk meningkatkan perhatian dan respon kreatifnya (improvisasi) terhadap perubahan musikal, sekaligus menempatkan proses kinestetik secara terkontrol. Proses kinestetik yakni suatu keterkaitan antara gerakan tubuh bagian luar (kepala, bahu, tangan, pingang, kaki dll) dengan gerak rasa dalam diri manusia, yang dikendalikan oleh perintah otak melalui sistem syaraf. Dalcroze menyimpulkan bahwa instrumen musik yang pertama kali harus dipelajari adalah tubuh manusia, karena landasan dari seni musik adalah emosi manusia.
Proses pembelajaran musik melalui eurythmic Dalcroze ini membutuhkan ruang yang memungkinkan siswa untuk bergerak dengan leluasa. Siswa dan guru perlu memakai busana yang mudah untuk bergerak misalnya mengenakan pakaian olah raga. Diperlukan juga rekaman musik beserta peralatan audio yang mendukungnya, atau instrumen piano/keyboard serta sejumlah alat musik perkusi. Keberadaan peralatan perkusi ini tidak mengikat, dapat disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan kreativitas guru, misalnya bisa menggunakan kardus bekas, botol aqua, kertas, dan lain-lain.
Metode dalcroze ini akan sesuai dengan karakter anak yang beda-beda tersebut. Anak yang hiperaktif cenderung tidak mau diam, dengan metode ini si anak diajak untuk bebas bergerak namuntetap mengacu pada tujuan pembelajaran yaitu menanamkan rasa musikalitas. Anak yang suka mengacau atau yang suka menyakiti orang lain pun akan mau jika diajak dalam permainan musical yang menyenangkan, di sisi lain anak yang pasif akan mudah untuk mengikuti. Jika kita sudah bisa mendapatkan perhatiannya, kita akan dengan mudah membawa mereka, dengan begitu tujuan pembelajaran akan dengan mudah tercapai.
Terlepas dari semua itu, tulisan ini hanya sekedar konsep dan perencanaan saja. Masalah realisasinya, dan berhasil atau tidaknya metode ini bergantung pada gurunya itu sendiri, sejauh mana kekretifannya mengolah metode ini untuk menciptakan suasana belajar yang mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapakan.

Minggu, 21 Maret 2010

Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Seni Musik

Melanjutkan perkuliahan lo pend waktu itu…….
Tentang kompetensi dasar mata pelajaran seni musik di beberapa jenjang sekolah,
Namun saya lebih tertarik dengan diskusi pembelajan seni musik di tingkat sekolah dasar,

Berdasarkan observasi lapangan,ternyata pembelajaran seni musik di tingkat SD bukan menanamkan rasa suka dan kecintaan terhadap musik, melainkan mereka dicekoki dengan teori yang saya kira belum saatnya diberikan. Hal ini juga saya alami waktu masih duduk di bangku SD dan SMP. Saya dicekoki dengan teori-teori musik yang membingungkan, padahal seharusnya musik itu menyenangkan.
Mereka sudah diberi materi tentang nilai not, nada alterasi, tangga nada beberapa tonalitas, dan mereka menghapalnya seperti mereka menghapal rumus matematika atau perlajaran yang lain tanpa tahu apa sebenarnya yang mereka hapalkan itu.
Sebenarnya untuk tingkat SD pembelajarn seni musik tidak harus serumit itu, karena pembelajarannya bisa disesuaikan dengan tingkat kognitif anak. Hakekat musik sebenarnya adalah bunyi, jadi untuk tahap pengenalan sebenarnya teori-toeri musik itu tidak penting karena dalam tujuannya diharapkan anak menyukai dan mencintai musik, untuk selebihnya si anak akan dengan senidirinya mempelajari musik apabila sudah tertanam kecintaan dalam dirinya terhadap musik itu sendiri.
Ada banyak model pembelajaran musik, yang ingin saya jelaskan sedikit disini adalah model pembelajaran musik oleh Zoltan Kodaly dan Emile Jaques Dalcroze.
Zoltan Kodaly
Zoltan Kodaly adalah seorang komposer dan pendidik musik yang lahir di Kecskemét Honggaria pada tanggal 16 Desember 1882, dan meninggal pada tanggal 6 Maret 1967 di Budapest. Berdasarkan pengamatannya, ia menemukan beberapa kelemahan pendidikan musik di Honggaria, ia juga memandang pendidikan bagi guru musik belum memadai.
Kodaly menginginkan adanya suatu kesatuan sistem pendidikan musik di Hongaria yang memungkinkan seorang anak mencintai dan mengetahui musik sejak taman kanak-kanak hingga dewasa.
Zoltan Kodaly mengembangkan metode pembelajaran yang didasari pada pola pembelajaran bahasa yakni dimulai dengan aural, menulis, baru membaca. Aural berarti musik diperdengarkan kemudian diikuti oleh siswa secara lisan. Misalnya Siswa menyanyi sesuai contoh guru, kemudian melakukan gerakan tangan yang menunjukkan tinggi rendah nada. Setelah kegiatan serupa dianggap memadai baru dilanjutkan dengan kegiatan menulis yakni mengkonstruksikan pengalaman bernyanyi dan bergerak dalam tulisan/simbol notasi. Kegiatan selanjutnya yakni membaca notasi, dilakukan sebagai penguatan untuk menyadari keterkaitan antara pengalaman bermusik dan pengetahuan notasi.
Dari model pembelajaran tersebut bisa dilihat bahwa pembelajaran musik dimulai dengan aural, menulis atau membaca dilakukan jika tahap aural ini sudah memadai.
Saya kira, saya belum menemukan pembelajaran musik seperti yang dikembangkan oleh Zoltan Kodaly ini.


Emile Jaques Dalcroze
Emile Jaques Dalcroze (1865 –1950) adalah seorang komposer sekaligus guru musik dan peneliti yang berasal dari Swiss.
Setelah melakukan penelitian ia memperoleh sejumlah kesimpulan dan penemuan. Ia menyimpulkan bahwa instrumen musik yang pertama kali harus dipelajari adalah tubuh manusia, karena landasan dari seni musik adalah emosi manusia “What is the first instrument that must be trained in music? The human body! The base of all musical art is human emotion.”(Choksi et all, 1986:31).
Berdasarkan kesimpulan tersebut ia mengembangkan suatu cara memperbaiki kemampuan musikal murid-muridnya melalui suatu tehnik yang disebut sebagai eurythmic. Eurhythmic merupakan suatu upaya untuk membangkitkan dan mengendalikan perasaan melalui gerakan, dalam suasana musikal tertentu. Melalui eurythmic siswa dilatih untuk meningkatkan perhatian dan respon kreatifnya (improvisasi) terhadap perubahan musikal, sekaligus menempatkan proses kinestetik secara terkontrol. Proses kinestetik yakni suatu keterkaitan antara gerakan tubuh bagian luar (kepala, bahu, tangan, pingang, kaki dll) dengan gerak rasa dalam diri manusia, yang dikendalikan oleh perintah otak melalui sistem syaraf.
Ada satu video yan cukup singkat tentang pembelajaran ritmis yang dikembangkan oleh dalcroze ini. Anak-anak di ajak bermain, dengan tujuan agar si anak merasakan ketukan,tempo dan ekspresi. Seseorang memainkan piano, yang lainnya termasuk anak-anak membentuk lingkaran,dimana salah satu dari mereka memegang bola. Pada saat piano dimainkan bola akan diestapetkan melalui orang yang melingkar itu, ini dilakuka terus-menerus agar si anak merasakan dimana aksennya dan merasakan tempo yang diperlambat atau dipercepat.
Ini begitu sederhana dan mudah dipahami oleh anak-anak, selain itu anak akan terlatih untuk memusatkan perhatian dan konsentrasi.
Masih banyak lagi teori pembelajaran musik yang seharusnya menjadi acuan dalam pembelajan musik di tingkat sekolah dasar.
Kepada siapapun yang membaca tulisan ini, mohon komentarnya ya....
Menurut anda ada yang salahkah dengan pembelajaran seni musik di sekolah dasar?

KURIKULUM ITU BUKAN SEKEDAR DOKUMEN

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang system Pendidikan Nasional dikatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara kegiatan belajar mengajar. Tidak berhenti sampai disana, pendapat tentang pengertian kurikulum masih banyak lagi, diantaranya :
1. Murray print (1993), mengungkapkan bahwa kurikulum itu meliputi planned learning experience, offered within an educational institution/program, represented as a document, and includes experiences resulting from implementing that document.
2. Robert M. Hutchins (1936), menyatakan bahwa “ The curriculum should include grammar, reading, thetoric and logic and mathematic and additionat the secondary level introducethe great books of the western world “
3. Romine (1945), menyatakan bahwa “ Curriculum is interpreted to mean all of the organized course, activities, and experiences wich pupils have under direction of the school , wether in the classroom or not “
4. Harold Alberty (1965), menyatakan bahwa kurikulum adalah “ all of the activities that are provided for the student by the school “
Selain yang disebutkan di atas, masih banyak lagi pendapat tentang pengertian kurikulum.
Jika kurikulum dianggap sebagai pengalaman atau seluruh aktivitas siswa, maka untuk memahami kurikulum sekolah tidak cukup hanya dengan melihat dokumen kurikulum sebagai suatu program tertulis, akan tetapi juga bagaimana proses pembelajaran yang dilakukan anak didik baik disekolah maupun diluar sekolah. Hal ini harus dipahami sebab kaitannya sangat erat dengan evaluasi keberhasilan peaksanaan suatu kurikulum yaitu bahwa pencapaian target pelaksanaan suatu kurikulum tidak hanya diukur dari kemampuan siswa menguasai seluruh isi atau materi perlajaran seperti yang tergambar dari hasil tes sebagai produk belajar, tetapi juga harus dilihat proses atau kegiatan siswa sebagai pengalaman belajar.


Diperkuat juga oleh penjelasan tentang 4 dimensi kurikulum, yaitu :
1. Ide/gagasan
2. Suatu rencana tertulis
3. Suatu kegiatan
4. Hasil
Jadi kurikulum itu bukan sekedar ide yang tertuang dalam kertas menjadi sebuah dokumen, tapi dikatakan kurikulum jika dokumen tadi menjadi sebuah aktivitas yang mampu menghasilkan sesuatu.Implementasinya di sekolah, kurikulum harus tersusun secara sistemik agar proses yang dilalui peserta didik itu mengacu pada tujuan pendidikan.